reposted from a forum.
BILA CINTA TIDAK MEMANDANG IJAZAH
Belum terlalu lama saya mengenal pria setengah baya itu. Sekitar bln Agustus 2006, tanggal berapa tepatnya, saya sudah tidak begitu mengingatnya, saya mulai memutuskan utk berlangganan ojek dgnnya. Tarif ojeknya lebih murah dibanding dgn yg ditawarkan tukang ojek lainnya. Jika yg lain meminta Rp 7000 , dia hanya meminta Rp.5000 utk pengganti jasa mengantarkan saya dari stasiun Tanah Abang menuju kantorku di Slipi. Saya benar-benar bersyukur, disamping menghemat biaya transportasi, saya juga sering mendapatkan petuah-petuah bijak dari obrolan yg sering kami lakukan sepanjang perjalanan. Menurutnya bukan banyaknya rupiah yg dia kejar, tapi banyaknya berkah yg dicari.
Saya mengenalnya dgn nama Pak Asmadi, usianya kira2 sudah kepala empat, perawakannya sedang, tidak tinggi juga tidak terlalu pendek, tidak gemuk dan tidak kurus. Kulitnya agak gelap mungkin krn setiap hari terbakar teriknya matahari Jakarta, namun wajahnya selalu memancarkan aura cerah & berseri. Menimbulkan perasaan tenang dan nyaman. Ia mengaku sudah 18 th menjalani profesinya sebagai tukang ojek. Sepeda motor bebek tuanya seakan tak lelah menemaninya mencari nafkah.
Pertemuan yg hampir tiap hari dgnnya, membuat saya tahu sepenggal kisah hidupnya, seringkali saya dibuat kagum ketika darinya saya peroleh kata-kata bijak, nasehat, layaknya seorang bapak yg sedang menasehati anaknya. Atau layaknya seorang ustad yg sedang berceramah. Beliau tak pernah bosan menyebarkan ajaran kebaikan. Tak hanya kepadaku namun juga kepada sesama tukang ojek lainnya. Saya mendapatkan dua keuntungan sekaligus darinya, harga ojek yg murah dan ceramah bermakna yg menyirami rohani sebelum masuk kerja.
Siapa menygka kalau tukang ojek yg hanya memiliki ijazah SLTA itu mempunyai seorang istri yg berpangkat eselon 3 disalah satu kantor pemerintahan di Jakarta. Istrinya adalah lulusan pasca sarjana dari salah satu universitas negeri di Jakarta. Kok ada ya, seorang wanita pejabat mau memiliki suami yg hanya seorang tukang ojek begitu? begitu batin saya berkata keheranan. Sehingga dlm hati saya bertekad utk mengenal lebih dekat dgn sosok Pak Asmadi, agar saya tahu keistimewaan apa saja yg beliau miliki sehingga sang istri pun bangga memiliki suami seperti Pak Asmadi yg hanya lulusan SLTA itu. Saya sediakan ruang kosong khusus di hati utk mencatat keistimewan apa saja yg dimiliki oleh pak Asmadi.
Sudah 25 th lamanya mereka menikah. Istri Pak Asmadi adalah wanita keturunan jawa, orangtuanya berasal dari Yogyakarta. Sedangkan Pak Asmadi sendiri adalah orang betawi asli. Pada awal pernikahan mereka dua puluh lima tahun yg lalu, Istri Pak Asmadi adalah seorang pegawai administrasi di kantor sekretariat negara. Sedangkan Pak Asmadi kala itu masih bekerja sebagai staf di perusahaan kecil yg bergerak di bidang jasa pengiriman barang yg ada di kota Batam. Di awal-awal pernikahan mereka itu mereka terpaksa menjalani kehidupan secara terpisah. Pak Asmadi tinggal di Batam sementara istrinya ada di Jakarta. Mereka harus sama-sama menahan rindu yg seringkali melanda. Setiap setengah tahun atau kadang setahun sekali Pak Asmadi pulang ke Jakarta utk menemui Istrinya. Meski berjauhan, namun Pak Asmadi tak pernah berhenti berjuang utk menafkahi keluarganya.
Kehidupan mereka yg terpisah jarak seperti itu, mereka jalani selama bertahun-tahun. Hal yg paling menyedihkan bagi Pak Asmadi adalah ketika anak pertama mereka lahir, Pak Asmadi tidak dapat menemani istrinya yg sedang mempertaruhkan nyawanya, melahirkan bayi mereka. Begitu pula ketika anak kedua mereka lahir tiga tahun berikutnya. Istrinya terpaksa harus berjuang sendirian tanpa ditemani laki-laki yg seharusnya menjadi pelindung keluarga mereka. Sebenarnya saya ngga tega mbak, Istri saya yg masih memiliki anak umur 3 tahun dan harus melahirkan sendirian krn saya ada di Batam?Mata Pak Asmadi berkaca-kaca saat menceritakan kenangan itu kepada saya. Terpancar kepedihan dan rasa penyesalannya yg mendlm krnnya. Maka dari itu kemudian beliau memutuskan utk kembali kembali ke Jakarta. Dia tidak menghiraukan karirnya yg di Batam yg sudah mulai menanjak bagus. Penyesalannya dan rasa bersalahnya yg mendlm krn tak dapat menemani istri dan kedua anaknya yg masih balita telah memantapkan hatinya utk kembali ke Jakarta.
Dan akhirnya mereka berkumpul kembali di Jakarta. Kebahagiaan pun menyelimuti keluarga Pak Asmadi. Pak Asmadi telah bertekad utk tidak akan meninggalkan istri dan anak-anaknya lagi. Namun yg menjadi masalah adalah saat itu Pak Asmadi tidak memiliki pekerjaan. Meski istrinya bekerja dan memiliki penghasilan yg bisa mencukupi kebutuhan keluarga mereka, Namun Pak Asmadi sadar bahwa kewajiban menafkahi keluarga adalah kewajibannya sebagai seorang suami. Sejak saat itu Pak Asmadi giat melamar pekerjaan kemana-mana. Berbagai perusahaan telah dilamarnya, tapi tak satupun yg menerimanya bekerja. Akhirnya beliau memutuskan utk mencari rejeki dgn cara menjadi tukang Ojek. Kadangkala terbersit rasa malu di hatinya, apalagi ketika teman-teman istrinya yg pegawai kantoran itu tahu apa profesinya. ngga apa-apa lah bang, jadi tukang ojek itu kan pekerjaan halal, tidak mencuri atau merebut hak orang lain..?Begitu kata istri Pak Asmadi menguatkan hatinya.
Ternyata istri Pak Asmadi ini adalah sosok wanita jawa yg nerimo, ikhlas dan ngga pernah neko-neko. Dia juga seorang istri shalehah yg selalu taat menjalankan agama dan berbakti kepada suaminya. Menurut Pak Asmadi itulah sebabnya mengapa istrinya tak pernah malu mengakui pekerjaan suaminya yg hanya seorang tukang Ojek. Saya salut dan terharu mendengarnya. Membaygkan seandainya saya yg berada dlm posisi istri Pak Asmadi, belum tentu saya dgn legowo mau menerima suami yg berprofesi rendahan ---lebih rendah darinya, seperti itu. Saya juga malu menyadari betapa saya masih jauh utk bisa dikatakan sebagai istri shalehah, dibandingkan dgn istri Pak Asmadi yg ternyata sangat taat kepada suaminya itu.
Tak terasa kini delapan belas tahun sudah Pak Asmadi menjalani profesinya sebagai tukang ojek.Kini, ketiga anak yg dimilikinya semua juga berpendidikan sarjana, hanya Pak Asmadi sendiri yg hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA. Pak Asmadi bercerita bahwa dari hasil kerja keras menarik ojek itulah Pak Asmadi membiayai anak-anaknya kuliah dan juga membiayai istrinya utk melanjutkan S2 nya . Kurang lebih awal pertengahan tahun 2006 lalu, istrinya telah lulus S2 nya, lalu dari kantor tempatnya bekerja dia dipromosikan utk menduduki jabatan eselon 3.
Selain mencari nafkah dgn cara mengojek, kadang Pak Asmadi juga mencari tambahan penghasilan lain misalnya dgn berdagang kambing ketika mendekati hari raya Idul Adha. Kadangkala juga dgn usaha-usaha menjadi agen buku, atau apa saja yg halal. Beliau berulangkali mengatakan pada saya bahwa keberkahanlah yg diutamakan, bukan jumlah materinya
Terus terang, dulu ketika Pak Asmadi bercerita bahwa istrinya adalah seorang pejabat eselon 3 di salah satu kantor pemerintahan, saya tidak mempercayai perkataannya. di benak ini selalu saja timbul pertanyaan bagaimana mungkin Pak Asmadi seorang tukang ojek itu bisa memiliki seorang Istri yg berpendidikan dan berjabatan tinggi di kantor pemerintahan? Mungkinkah Pak Asmadi hanya mengarang cerita itu?, kalo iya lalu tujuannya apa?? Rasa tidak percaya masih bersemayam dlm benakku sampai suatu ketika dikemudian hari Pak Asmadi memperlihatkan pada saya foto Istrinya yg sedang dilantik oleh salah satu Menteri di era Presiden Megawati Soekarno Putri.
Ini mbak, foto istri saya waktu dilantik oleh Pak Menteri, dan yg satunya itu foto saya sewaktu mendampinginya.? Tunjuk Pak Asmadi. Terlihat foto seorang wanita yg sedang bersalaman dgn seorang Menteri, dan sebuah foto lagi menampilkan foto bersama seluruh jajaran pejabat dgn para pasangannya, kulihat Pak Asmadi memang ada di situ dgn baju batik coklatnya. Betapa mata itu memancarkan binar yg lain daripada biasanya. Ketika Pak Asmadi menceritakan dia berfoto berdampinagan isterinya dgn Menteri. Haru saya. Ingin saya menangis. Tuhan Maha Besar. Tukang ojek seperti ini ternyata bisa berfoto dgn Menteri. Lha saya yg sudah sarjana dan berkerja mapan pun belum tentu bisa
Lain hari, Pak Asmadi sengaja menghentikan laju sepeda motornya sejenak. Dari dlm saku jaketnya dia mengeluarkan beberapa lembar foto keluarganya. Lalu dia memperlihatkan foto itu kepadaku. Kali ini dia memperlihatkan foto anak-anaknya. Anak pertamanya baru saja lulus dari sebuah Perguruan tinggi swasta di Jakarta, sedangkan anak kedua dan anak ketiganya masing-masing masih kuliah di perguruan tinggi swasta lainnya di Jakarta. Dalam foto itu terlihat anak laki-lakinya yg gagah dgn toganya diapit oleh Pak Asmadi dan istri. Rasa bangga dan haru terpancar dari wajah Pak Asmadi dan Istri. Rasa itu pulalah yg tiba-tiba menyeruak hadir dlm hatiku, menghadirakan sebuah senyuman yg dgn ikhlas tesungging dari bibirku. Bangga aku kepada mereka. Puji syukur hanya kepadaMu. Rasanya tak ada yg lebih membanggakan bagi orangtua ketika melihat anaknya diwisuda, apalagi mengingat jerih lelah mereka dlm mewujudkan impiannya.
Sebuah gambaran keluarga sakinah terlihat dari keluarga Pak Asmadi ini. Istri yg shalehah, taat pada agama dan kepada suami. Anak yg pintar dan suami yg bertanggung jawab kepada keluarga. Ya Allah, semuga saya juga dikarunia sebuah keluarga seperti mereka.
Satu hal yg sangat mengesankan bagi saya adalah kebesaran istri Pak Asmadi dlm menerima suaminya yg hanya lulusan SLTA dan berprofesi sebagai tukang ojek. Padahal mungkin bisa saja beliau mencari jodoh yg lebih berpendidikan atau berprofesi lebih bagus.
Saya menyadari, mencari jodoh tidaklah gampang. Mencari jodoh perlu juga melakukan usaha proaktif terutama bagi yg telah melewati masa-masa yg tepat utk menikah. Bukankah selama ini kita tahu bahwa seringkali iklan jodoh dapat menjadi sarana bagi yg menginginkannya. Seperti pagi ini saya membaca iklan tentang seorang wanita yg mengiklankan dirinya utk mencari pasangan hidupnya. Begini isinya :
Seorang wanita, 25 tahun, Sarjana, tinggi badan 160 cm, bb 43 kg, berkulit putih mulus, wajah manis, Islam, pintar mengaji, keibuan dan Pandai Memasak
Mendambakan:
Seorang laki-laki, perjaka tulen, minimal 26 tahun, lulusan pasca sarjana, berpenghasilan tetap (swasta/PNS), tinggi badan minimal 170 cm dgn berat badan seimbang, Islam taat, Pandai mengaji dan bersifat kebapakan.
Coba kita lihat iklan tersebut, dan perhatikanlah niscaya kita akan menemukan sebuah fakta bahwa seorang wanita pada umumnya menginginkan pasangan (calon suami) yg memiliki spesifikasi yg lebih baik dari spesifikasi yg dimilikinya. Baik itu dari segi fisik, tingkat pendidikan atau hal-hal kasat mata lainnya. Menurut saya hal ini sangat wajar. Karena bagaimanapun juga seorang lelaki akan menjadi pemimpin dlm sebuah rumah tangga, jadi semakin bagus kualitasnya akan semakin baik bagi keluarganya kelak. Begitu kondisi idealnya.
Saya kembali teringat kisah Pak Asmadi dan istrinya, saya menjadi tersadarkan bahwa ternyata tidak semua wanita melihat kualitas calon suami hanya dari kasat mata yg tampak saja. Suatu hari dlm perjalanan menuju kantor, Pak Asmadi mengajukan sebuah pertanyaan pada saya Mbak, tahu ngga resep saya supaya tidak pernah mengalami kecelakaan di jalan atau supaya tidak pernah kena razia polisi jalan??/SPAN>
Saya pura-pura berpikir lantas menjawab, "Hmm... tidak tahu pak, apa resepnya?"
Berdzikir mbak," jawabnya.
Berdzikir itu mengingat kepada Allah, bisa dilakukan dimana saja, kalau kita sehabis melaksanakan sholat baik itu sholat fardhu atau sholat sunnah, usahakan jangan langsung pergi dan berdiri, dzikirlah terlebih dahulu. Dzikir juga tidak hanya dilakukan setelah sholat, tapi bisa dimana saja, termasuk di jalan raya ketika mengendarai sepeda motor seperti saya ini? Bapak rajin ber-dzikir? ?saya bertanya untung memancing.
Alhamdulilah mbak, setiap selesai sholat saya selalu berdzikir, bahkan dlm perjalanan saya dari rumah sampai ke stasiun saya juga selalu berdzikir, kalau tidak salah ada dlm Al-quran perintah utk mengingat Allah dlm keadaan duduk maupun berdiri, itu artinya dlm keadaan apapun kita harusnya selalu mengingat Allah kan mbak??/P>
Iya, betul pak, berdzikir dgn mengingat Allah membuat hati kita merasa tenang dan tentram, itulah mungkin yg membuat Bapak jadi tidak pernah mengalami kecelakaan saat mengendaria sepeda motor, krn saat itu Bapak berdzikir sehingga pikiran dan hati Bapak menjadi tenang, berkendaraan pun jadi tenang ?jawabku menyimpulkan.
Selain berakhlaq bagus, ternyata Pak Asmadi adalah orang yg rajin beribadah dan bagus agamanya Membuat saya teringat sebuah riwayat disebutkan, bahwa Rasullullah pernah bersabda :
Jika datang kepada kalian orang laki-laki yg kalian ridhai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia, krn jika tidak maka akan menjadi fitnah di bumi dan juga kerusakan .?Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, meskipun pada diri orang tersebut terdapat kekurangan? Beliau menjawab. Jika ada orang laki-laki yg kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian, maka nikahkanlah dia?
Artinya, jika kalian tidak menikahkan orang laki-laki yg taat beragama lagi berakhlak mulia meskipun tidak kaya atau tidak terhormat atau tidak kufu? sedang kalian lebih menyukai orang laki-laki yg kaya, terhormat, lagi terpandang meskipun tidak taat beragama dan tidak berakhlak mulia, niscaya hal tersebt akan mengakibatkan kerusakan yg parah. Mungkin akan banyak wanita yg hidup tanpa suami dan banyak pula laki-laki yan hidup tanpa istri. Akhirnya banyak perzinaan san tersebar pula perbuatan keji.
Rasulullah SAW menyebutkan akhlak bersamaan dgn agama, krn akhlak berperan sangat penting sekali dlm kehidupan rumah tangga. Rasulullah tidak cukup hanya dgn menyebutkan agama saja, sebab, terkadang ada orang yg taat beragama tetapi akhlaknya tidak cukup baik utk kehidupan rumah tangga, bahkan berakhlak tercela dan berwawasan sempit serta fanatik sehingga dia akan meletakkan agama di sampingnya dan menggauli istrinya dgn akhlak yg tidak baik . Akhirnya muncul kesan bahwa tingkah laku buruk itu disebabkan oleh agama. Padahal yg demikian itu merupakan keyakinan yg salah, krn Agama memerintahkan utk mempergauli istri secara baik.
Seperti yg dituturkan pada saya bahwa istri Pak Asmadi adalah sosok istri shalehah yg memiliki agama yg bagus, sehingga berusaha menjalankan sabda Rasullullah SAW tersebut. Telah terbukti bahwa mereka beliau mampu menjalankannya. Baginya menentukan suami pilihannya adalah seorang yg taat beragama dan berakhlak mulia meskipun tidak kaya, tidak terhormat atau tidak se kufu?dgnnya. Satu pelajaran berharga yg bisa kita ambil dari mereka.
Kapal Terapung Ksatria Airlangga Mengunjungi Pulau Masalembu Sumenep
6 tahun yang lalu
Subhanallah.. ��
BalasHapusSungguh nikmat yg tiada tara mmpunyai istri sperti itu
BalasHapus